Friday, August 24, 2007

Sama dengan Raja

Salah satu kasus terkenal mengenai Time Twin (orang yang dilahirkan pada waktu bersamaan tetapi bukan saudara kandung) dialami oleh Samuel Hemming. Ia lahir pada hari dan waktu yang sama dengan George II, yakni 4 Juni 1738.

Sang rakyat jelata dan raja memiliki wajah yang sangat mirip. Hidup mereka pun berjalan mengikuti garis yang mirip pula, walaupun tentu saja tingkatnya berbeda. Hemming mulai menjadi tukang besi pada hari George naik takhta.

Keduanya menikah pada tanggal 8 September 1761. Mereka memiliki jumlah anak laki-laki dan perempuan yang sama. Mereka jatuh sakit dan mengalami kecelakaan pada waktu yang bersamaan dan keduanya meninggal pada hari yang sama (19 Januari 1820) karena sebab yang sama.

George IV juga memiliki orang yang bak pinang dibelah dua dengannya. Time twin-nya itu lahir pada jam yang sama dengan dirinya. Cuma saja, kembarannya itu hanyalah pembersih cerobong yang dianggap rendah kastanya. Namun soal perilaku berjudi, merayu perempuan, dan berfoya-foya mirip dengan sang Raja. Keduanya juga tergila-gila pada pacuan; sang Raja memacu kuda, si pembersih cerobong asap memacu keledai. Ketika pangeran disepak kuda, hari yang sama si pembersih cerobong disepak keledai. Keduanya memerlukan waktu yang sama untuk pulih dan ketika pangeran bangkrut, begitu pula si pembersih cerobong asap.

Kebetulan di atas merupakan salah satu dari 136 kebetulan yang tertuang dalam buku 136 Incredible Coincidens (136 Kebetulan yang Menakjubkan) terbitan PT Intisari Mediatama. Buku seharga Rp 25.000,- ini dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi keluarga Anda. Silakan diperoleh di toko-toko buku Gramedia.

Wednesday, August 22, 2007

Amit-amit, Malanutrisi Kok Di Rumah Sakit!

Problem malanutrisi biasa terjadi di kalangan awam. Namun siapa sangka, malagizi ternyata bisa juga terjadi saat kita dirawat di rumah sakit, istilahnya malnutrisi klinis. Tak hanya di rumah sakit kecil dan besar di dalam negeri, rumah sakit di luar negeri pun sering menghadapi masalah serupa.

Istilah malanutrisi sering disalahartikan sebagai kurang gizi. Padahal, pengertian sesungguhnya malanutrisi adalah salah makan. "Salah di sini bisa berarti terlalu banyak makan atau sebaliknya, kurang makan," jelas Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes, ahli gizi dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. "Biar tidak malanutrisi atau salah makan maka seseorang perlu diet," tambahnya. Lo, kurang gizi kok malah disuruh diet?

Lagi-lagi di sini terjadi salah pengertian. Dengan tersenyum Triyani menjelaskan, makna diet tak sesempit hanya bertujuan untuk kecantikan, demi memperoleh perut kecil biar tidak kelihatan gemuk. Diet yang sesunguhnya adalah mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan tubuh seseorang. Orang yang sedang menjalani pengobatan tertentu juga menjalani diet. Jadi, tak hanya orang sakit dan orang yang kelebihan makan perlu melakukan diet. Orang sehat sesungguhnya perlu juga berdiet. Tujuannya agar tidak menderita malanutrisi.

Nah, sekarang, bagaimana mungkin seorang pasien yang dirawat di rumah sakit justru menderita malanutrisi? Bukankah kalau sudah masuk perawatan dokter dan para suster, semuanya serbaterkontrol, termasuk dalam hal makanan?

Artikel lengkap bisa diperoleh di Intisari edisi September 2007.

Obat Pemutih Yang Tak Bikin Putih

(Tidak) putih itu (tidak) cantik." Bagi sebagian perempuan, kata-kata tadi bak sihir yang membuat mereka rela melakukan apa pun demi mendapatkan kulit putih. Jika perlu, produk ilegal pun mereka coba. Tak jarang, karena memakai produk yang tidak cocok, kulit malah rusak. Bukannya tambah putih, pembungkus tubuh itu justru mengelupas, merah, atau bahkan tambah hitam.

Tak berlebihan jika para ahli ilmu komunikasi mengatakan perilaku masyarakat dibentuk oleh iklan di teve. Iklan obat pemutih kulit merupakan contoh yang baik. Simak saja, hampir tiap menit pemirsa teve dibombardir dengan iklan berbagai merek produk yang diklaim bisa membuat kulit lebih putih.

Yang baru putus pacar, tak usah khawatir. Pakai saja produk anu, maka dijamin mantan pacar akan menyesal dan minta balik lagi. Lina, yang kulitnya tidak seputih Lani, juga tak perlu minder. Pakai saja produk anu, maka dalam dua minggu, kulit Lina akan tampak seputih kulit Lani. Begitu hebat daya sihir iklan-iklan itu, sampai para perempuan Indonesia lupa bahwa kulit mereka memang berbeda sejak dari sononya dengan kulit Zhang Zi Yi.

"Kulit manusia itu memang bermacam-macam. Ada tipe satu sampai enam," kata dr. Emil R. Fadly, Sp.KK, ahli kulit dari klinik Jakarta Skin Center, Jakarta Selatan. Pembagian tipe ini berdasarkan kadar pigmen melanin di dalam sel kulit. Melanin inilah yang menyebabkan kulit berwarna gelap.

Selengkapnya ada di Intisari edisi September 2007

Tuesday, August 21, 2007

Kekuatan Dongeng Ahmad Al-Habsyi

Diam-diam, da'i muda ini sukses mencuri hati pemirsa televisi. Berwajah ganteng, dengan suara lembut ia mengajak mendalami makna hubungan antarmanusia dan Sang Pencipta. Nasihatnya lembut meresap ....

Senyumnya menyejukkan. Ketika teladan Rasul dan sahabat ia alirkan, jamaah larut dalam keharuan, merasakan keindahan makna yang dikandung. Kata-katanya penuh diksi, lembut dan merdu. Ditambah wajah tampan, ceramahnya tersaji nyaman. Ia seperti menceritakan kisah yang selalu baru, karena belum pernah didengar sebelumnya. Kalau toh kisah lama, kisah itu tetap terasa "aktual".

Kekuatan penyampaian - sebut saja kekuatan mendongeng -memang menjadi nilai lebih ustaz kelahiran Palembang 1980 ini. Tak heran, dengan kefasihannya itu, banyak orang meramal, tak lama lagi sang ustaz bakal mengikuti jejak dai-dai terkenal sebelumnya, menuai nama besar di usia teramat muda.

Di usia 13, Ahmad Abubakar Al-Habsyi pernah ikut Lomba Pidato Tingkat Nasional 1993 (dibuka oleh mendiang Ibu Tien Soeharto di Istana Merdeka). Mewakili Tsanawiyah (SMP) Kota Palembang, ia bersaing dengan ratusan peserta dari Nusantara. Meski cuma masuk 10 besar, peserta termuda ini bangga, sudah bersalaman dengan Ibu Negara.

Pulang ke Palembang, ia termotivasi, "Jika seseorang memiliki ilmu, maka ilmu itu akan membuatnya mulia, apalagi itu berhubungan dengan agama." Anak kedua dari tujuh bersaudara ini lalu minta pada ayahnya, Abubakar Al-Habsyi, agar dimasukkan ke Pondok Pesantren Arriyah. "Saya ingin menguasai ilmu dakwah, Abuya (panggilan hormat ke ayah)," tegasnya.

Cerita selengkapnya ada di majalah Intisari edisi September 2007.

Ini Cuma Sulap, Bukan Sihir

Bukan sekadar tipuan mata, aksi pertunjukan sulap sudah jauh berkembang begitu rupa, bahkan melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buang jauh-jauh pikiran Anda bahwa semua ini adalah gaib, ilmu hitam, atau sebangsanya. Sulap hanyalah semata-mata hiburan yang menggunakan trik (atau sebaliknya?)

Mari kita ingat ucapan Harry Houdini, "Magic is the sole science not accepted by scientists, because they can’t understand it". Bisa jadi, Houdini – pesulap AS kelahiran Hongaria itu - sedang tidak bersikap serius saat mengucapkan kata-kata tadi. Atau, mungkin juga, pernyataan itu sesungguhnya adalah bagian dari aksi-aksi sulapnya yang selalu mengundang sensasi. Ya, siapa yang tahu.

Namun memang tidak bisa dipungkiri, aksi-aksi pertunjukan sulap dengan mata kepala sendiri seringkali berhasil menggelitik nalar. Tak terkecuali bagi mereka yang menyebut diri sebagai manusia rasional. Bagaimana hendak menjelaskan, misalnya, aksi ilusionis David Copperfield saat menembus Tembok Besar Cina? Atau David Blaine yang bertahan hidup 44 hari di kotak kaca yang digantung di pusat Kota London. Dari negeri sendiri, Deddy Corbuzier sukses menebak judul berita halaman satu harian Kompas, jauh sebelum penerbitannya. Semua itu seperti tidak masuk akal, tapi kok nyata?

Kita bisa saja mencibir terhadap aksi para pesulap itu dengan berkata, "Ah, itu kan cuma tipuan mata saja. Semua ada triknya. Kita sebagai penonton cuma dibohongi."

Cerita selengkapnya nantikan di majalah Intisari edisi September 2007.